Mohammar Khadaffi yang pernah berkuasa selama 42 tahun di Libya akhirnya tewas dibantai oleh bangsanya sendiri yang tergabung didalam kelompok oposisi (NTC) dan dibantu oleh sekelompok negara-negara asing yang tergabung didalam aliansi NATO,dimana diantara negara-negara yang ikut membantainya dulunya adalah negara-negara dimasa ia berkuasa menjadi negara yang menjadi sahabat kentalnya,seperti Prancis .Bahkan secara terbuka Khadaffi dimedia elektronik pernah menyatakan ia pernah menyumbangkan dana jutaan dollar untuk mendukung agar sang pemimpin tsb menjadi Presiden yakni Presiden Prancis (Sarkozy).Dan justru Sarkozy adalah satu-satunya berkeinginan sangat kuat untuk menggulingkan Khadaffi dari singgsana kekuasaannya dengan kenderaan NATO,dimana Prancis menjadi komandan pasukan NATO didalam rangka penggulingan KHadaffi.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh bangsa ini terkait dengan 'tragedi Libya' ini.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh bangsa ini terkait dengan 'tragedi Libya' ini.
- Khadaffi adalah sosok komandan sejati demikian banyak pengamat Barat mengatakan demikian diberbagai media elektronik. Ketika seorang Khadaffi memiliki banyak kesempatan untuk lari dan bersembunyi diberbagai negara tetangganya dan dinegara-negara Afrika yang berhubungan baik dan masih bersimpati kepadanya,tetapi itu tidak dilakukannya.Khadaffi lebih memilih mati terhormat ditengah-tengah pasukan yang loyal kepadanya,daripada lari secara pengecut dan kemudian mati dikasur yang empuk.Sebagai pemimpin Khadaffi menunjukan loyalitasnya kepada pasukan yang loyal kepadanya dan secara tak langsung ia mengatakan," kalau anda siap mati berjuang untuk saya,maka saya juga siap mati untuk anda".Khadaffi sebagai pemimpin berada ditengah-tengah pasukannya untuk merasakan apa yang mereka rasakan,dan siap mati bersama-sama dengan pasukannya. Sebagai seorang pemimpin apa yang dilakukan Khadaffi memberikan motivasi yang luar biasa bagi pasukannya,dan itu terbukti sekalipun Khadaffi dan pasukannya dikeroyok oleh pasukan oposisi dan aliansi NATO yang selalu membombardir pasukannya dengan pesawat tempur canggih,namun tidak menyurutkan perlawanan dari pasukan yang loyal kepada Khadaffi,bahkan dengan senjata dan posisi terjepit sekalipun,pasukan yang loyal dengan Khadaffi berkali-kali berhasil mengusir pasukan oposisi,bahkan berkali-kali pula berhasil merebut beberapa wilayah vital di Libya.Dan pasukan oposisi plus NATO butuh waktu tujuh bulan untuk bisa menghentikan perlawanan Khadaffi.Pembelajaran yang bagus untuk dapat dipetik oleh 'mereka-mereka yang menyebutkan dirinya sebagai pemimpin',bahwa seorang pemimpin hanya akan memperoleh keberhasilan dan kesuksesan apabila ia mampu mewujudkan kebersamaan dengan yang dipimpinnya,melalui sikap,tingkah laku,serta kebijakan yang pro kepada yang dipimpin. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya bisa memerintah,tetapi juga harus bisa melakukan apa yang ia perintahkan.Seorang pemimpin harus mempunyai 'empati' serta 'rasa memiliki' kepada yang dipimpin,sehingga mereka yang dipimpin akan senantiasa 'patuh' terhadap kebijakan sang pemimpin.Bandingkan dengan mereka yang menyebut dirinya sebagai pemimpin,yang ada disekitar kita? apakah mereka bisa menjadi tauladan bagi yang dipimpinnya?atau, adakah mereka bersedia mengatakan yang salah adalah saya,bukan anggota saya?atau,apakah mereka pernah memperhatikan kesulitan atau masalah yang dihadapi orang yang dipimpinnya demi melaksanakan kebijakannya?atau, pernahkah para pemimpin itu mengatakan terimakasih anda telah melaksanakan perintah saya dengan baik?atau dan atau pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin muncul,ketika membandingkan sang pemimpin tersebut dengan seorang Khadaffi. Karena memang faktanya untuk mencari 'seorang pemimpin sejati' sama sulitnya dengan mencari jarum pada tumpukan jerami.Karena type pemimpin ada disekitar kita sekarang pada umumnya adalah pemimpin yang mempunyai type buang badan,suka keberhasilan tanpa harus tahu apalagi merasakan bagaimana keberhasilan tersebut bisa diperoleh,mempunyai prinsip bawahan adalah sumber pendapatan dan sumber yang bisa dikorbankan,sangat pintar kali-kali tetapi lupa akan bagi-bagi.
- Pembelajaran kedua,jangan sekali-kali mengundang pihak luar untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dirumah kita,sebelum kita mengenal dengan baik secara menyeluruh siapa pihak luar itu.Karena dalam menyelesaikan konflik internal 'mengundang pihak luar' terkadang bukanlah merupakan suatu solusi yang bijak. Karena bagaimanapun pihak luar yang diundang belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang terjadi,tetapi bisa-bisa malah menimbulkan masalah baru.Seperti yang terjadi di Libya,kehadiran negara-negara Barat yang tergabung dalam NATO,yang membantu oposisi melenyapkan rezim Khadaffi ditenggarai memiliki 'agenda tersendiri,untuk menguasai sumber minyak Libya'.Karena memang 'tidak ada sarapan pagi yang gratis' demikian dikatakan 'Cicero' seorang ahli kenegaraan yang hidup ribuan tahun yang lalu.Sejarah telah membuktikan bagaimana sekarang hasil sumber daya alam di Afghanistan,dan Irak dikuasai secara penuh oleh negara-negara barat utamanya Amerika Serikat.Seyogyanya peristiwa ini menjadi pembelajaran yang baik oleh semua pihak untuk sedapat mungkin menyelesaikan konflik internal secara baik dan benar serta sedapat mungkin tidak melibatkan pihak-pihak luar.
- Didalam ilmu politik diajarkan 'didalam politik tidak ada pertemanan yang abadi,tetapi yang ada hanya kepentingan abadi'.Kita dapat melihat bagaimana negara-negara yang dulu adalah sahabat baik dari seorang Khadaffi justru sekarang menjadi musuh utama yang turut menjungkalkannya dari tampuk kekuasaannya.Dan ini adalah pembelajaran ketiga,jangan pernah terlalu percaya kepada apa yang disebut 'persahabatan' dalam bidang kehidupan yang ada 'persaingan dan kepentingan'.Sikap kehati-hatian serta kewaspadaan adalah dua hal yang harus dipegang dan dijalankan oleh orang-orang yang hidup didunia seperti itu.